Di lereng bukit yang hijau, tersembunyi sebuah Nagari bernama Pianggu. Nagari ini indah dan subur namun selama bertahun-tahun warganya harus menghadapi satu kendala besar jalan utama Nagari rusak parah. Jika hujan turun jalan berubah menjadi berlobang, licin, dan bila panas debu beterbangan membuat sesak napas.
Anak-anak kesulitan pergi ke sekolah dan hasil panen warga sering terlambat dibawa ke pasar. Hingga suatu hari Perantau membuat gebrakan dengan Wali Nagari mengadakan rapat warga di balai-balai adat Nagari Pianggu.
"Kalau kita terus menunggu jalan ini takkan berubah " katanya. "Tapi kalau kita bergerak bersama dengan tenaga dan niat baik, mungkin kita bisa membuat perubahan."
Awal mulanya para Perantau membuat gebrakan yaitu satu rumah satu zak semen,
Seiring berjalannya waktu swadaya masyarakat makin hari makin bertambah mulai dari materi sampai dengan tenaga.
Dengan semangatnya masyarakat mulai be membawa cangkul, sekop, karung, ember untuk mengeruk pasir dari sungai dan Ibu-Ibu membawa makanan dan minuman.